Oleh: Yudha Adyaksa
Dalam dunia kerja, wawancara sering menjadi pintu gerbang untuk mengenal seseorang, entah itu untuk keperluan rekrutmen, evaluasi, atau sekadar kolaborasi. Sayangnya, proses ini sering kali terlalu fokus pada daftar pencapaian—gelar, penghargaan, atau angka-angka besar dalam laporan kerja. Namun, sejatinya, pencapaian hanyalah hasil akhir, bukan cerita utuh dari perjalanan seseorang.
Dalam wawancara, saya selalu memulai dengan satu pertanyaan: “Ceritakan kisah hidup Anda, keputusan-keputusan yang Anda buat sepanjang perjalanan, dan alasan di baliknya.” Saya yakin, perjalanan hidup dan keputusan-keputusan seseorang lebih mencerminkan karakter dan kemampuan mereka dibandingkan sekadar daftar hasil akhir.
Pertanyaan ini membuka ruang untuk refleksi. Setiap keputusan besar pasti melibatkan risiko, dilema, bahkan kegagalan. Dari cerita-cerita tersebut, kita bisa melihat bagaimana seseorang mengatasi tantangan, bagaimana mereka berpikir, dan, yang paling penting, nilai-nilai apa yang mereka pegang. Jawaban mereka sering kali mengungkap sisi autentik yang tidak terlihat dalam dokumen formal seperti CV.
Masalah Terbesar dan Solusi Nyata
Selain itu, saya selalu bertanya, “Ceritakan masalah paling sulit yang pernah Anda selesaikan dan bagaimana Anda melakukannya.” Pertanyaan ini adalah ujian sejati dari kemampuan problem-solving seseorang.
Orang yang benar-benar menyelesaikan masalah tahu detail-detailnya: hambatan apa yang dihadapi, strategi apa yang dipakai, dan apa saja langkah-langkah spesifiknya. Mereka bisa menjelaskan setiap tahap dengan jelas dan masuk akal. Sebaliknya, mereka yang hanya berpura-pura menyelesaikan masalah biasanya terjebak di satu tingkat saja. Penjelasan mereka terdengar umum, tanpa kedalaman atau rincian yang meyakinkan.
Dalam dunia profesional, kemampuan untuk menyelesaikan masalah adalah salah satu keterampilan paling berharga. Tidak ada organisasi yang bisa berjalan tanpa hambatan, dan di sinilah individu yang benar-benar bisa “berpikir dalam” memiliki nilai lebih. Mereka tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga inovator dan pemimpin.
Mengapa Kita Harus Mengubah Pendekatan Wawancara?
Pendekatan wawancara yang berfokus pada perjalanan dan penyelesaian masalah menawarkan dua keuntungan besar. Pertama, kita bisa mengenal seseorang secara lebih mendalam. Kita tidak hanya menilai kemampuan teknisnya tetapi juga empati, ketahanan, dan cara mereka berpikir di bawah tekanan.
Kedua, ini memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan esensi mereka sebagai individu. Tidak semua orang memiliki pencapaian yang mengesankan di atas kertas, tetapi banyak yang memiliki nilai luar biasa dalam cara mereka mengatasi tantangan hidup. Dengan mendengar cerita mereka, kita bisa menemukan bakat-bakat tersembunyi yang mungkin tidak terlihat jika hanya berpatokan pada daftar pencapaian.
Sebuah Ajakan untuk Berubah
Sebagai seorang pemimpin, mentor, atau bahkan teman sejawat, mari kita berhenti menilai orang hanya dari apa yang mereka capai. Alih-alih, tanyakan bagaimana mereka sampai di sana. Dengarkan perjuangan, pelajaran, dan momen-momen reflektif yang membentuk mereka.
Seperti kata pepatah, “Proses lebih penting daripada hasil.” Hasil bisa mengesankan, tetapi proses adalah cermin sejati dari siapa seseorang itu.
Dalam dunia yang semakin kompetitif, kita perlu memprioritaskan keaslian dan kemampuan untuk berpikir kritis di atas sekadar pencapaian permukaan. Karena, pada akhirnya, organisasi yang kuat dibangun oleh individu-individu yang tidak hanya mampu mencetak angka, tetapi juga mampu berpikir, berempati, dan menyelesaikan masalah dengan bijak.
Mari kita ubah cara kita menilai dan memahami orang lain. Mulailah dengan satu pertanyaan sederhana, “Ceritakan perjalanan Anda.” Anda akan terkejut dengan kekayaan wawasan yang dapat Anda temukan.