Berbagai kegiatan dilakukan masyarakat untuk meramaikan Ramadan di Jawa Tengah. Bahkan tradisi membangunkan sahur yang biasa dijumpai di sudut-sudut wilayah, bisa dikemas menjadi aksi yang lebih kreatif dan atraktif.
Seperti yang dilakukan di Kranji, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Para remaja kampung setempat yang tergabung dalam kelompok Suhu Boy melakukan tradisi membangunkan sahur menggunakan konsep drum band.
Seperti yang terlihat baru-baru ini. Waktu baru menunjukkan pukul 02.00 WIB. Namun sejumlah remaja terlihat hilir mudik membawa peralatan drum band di lorong Gang 2, Kranji, malam kemarin. Kemudian, masing-masing dari mereka menempatkan diri di dua baris berbeda.
Dengan pakaian biasa serta tidak sedikit dari mereka masih menggunakan kain sarung, berbaris rapi. Setelah semua personel siap dengan alat-alat drumband-nya, aksi pun dimulai sekitar pukul 03.00 WIB.
Seorang remaja laki-laki berambut gondrong yang didapuk menjadi mayoret pun memberi arahan. Selayaknya pentas drumband sekolah, aksi pun dimulai. Mereka menyusuri sepinya jalan raya Kedungwuni, yang setiap siang biasanya padat kendaraan.
Suara drumband mereka memecah kesunyian. Aksi mereka membuat warga keluar rumah untuk sekadar menyaksikan pertunjukan drumband di kampungnya. Sejumlah lagu dan selawat mereka mainkan di sepanjang jalan yang mereka lewati.
Perwakilan dari mereka, Muhammad Agung Arifinsyah, menjelaskan aksi mereka dilakukan untuk membangunkan warga untuk menyiapkan diri melakukan makan sahur.
“Tujuannya untuk membangunkan masyarakat. Khususnya ibu-ibu yang masak terlebih dahulu, agar tidak tergesa-gesa nanti pada saat sahur,” kata Agung usai aksi tradisi bangun sahur di kampungnya.
Menurutnya, tradisi membangunkan sahur berkonsep drumband juga untuk menghibur masyarakat, seperti halnya anak-anak. Sehingga mereka bisa bangun tidur kemudian bersiap melakukan sahur.
Ide bangun sahur pakai drumband datang dari ketua Suhu Boy, Irhas Maulana. Mereka mengaku, para personel yang ikut aksi melakukan kreasi sendiri dalam memainkan drumband.
Irama lagu yang mereka mainkan di antaranya Prau Layar, Bismillah Tawashalna Billah, dan beberapa selawat nabi. Mereka berhasil membangunkan warga untuk sahur dengan cara menarik dan menghibur.
“Setiap puasa (bulan Ramadan) ada aksi, tapi tidak setiap hari. Ada waktu, main (drumband bangunkan sahur),” pungkasnya.
Di wilayah lain terdapat juga kebiasaan warga saat Ramadan di Pekalongan. Seperti di sepanjang jalan Desa Karangsari menuju Desa Sidomukti, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.
Usai waktu Salat Subuh, anak usia SD, sampai orang dewasa melakukan kegiatan jalan kaki. Anak-anak sembari jalan kaki, mereka membawa meriam spiritus.
Sebuah permainan tradisional yang biasanya muncul pada saat Ramadan. Meriam spirtus merupakan permainan dalam bentuk senjata seperti meriam, umumnya dibuat menggunakan pipa paralon ataupun kaleng bekas.
Para remaja terlebih dulu menyemprotkan cairan spiritus ke dalam lubang botol lalu tutup kembali, kocok pipanya kemudian tekan pemantiknya hingga menghasilkan suara keras.
_
Kominfo Jateng