KUDUS — Memasuki bulan suci Ramadan, terdapat makanan khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang patut dicoba yakni Intip Ketan. Makanan berbahan dasar beras ketan dengan parutan kelapa yang digosongkan tersebut hanya dapat dijumpai saat momen Ramadan.
Usut punya usut, di balik rasanya yang gurih, makanan satu ini sudah ada sejak zaman Sunan Kudus ketika menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Lokasinya berada di kawasan Masjid Menara Kudus atau tepatnya di pinggir Jalan Sunan Kudus. Bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya mungkin sudah tidak asing lagi dengan kuliner legendaris intip ketan.
Bukan tanpa alasan kenapa makanan intip ketan jadi incaran. Hal itu karena intip ketan hanya dapat dijumpai ketika awal Ramadan saja.
Sebelumnya ketan dikukus bersama santan, bahan yang sudah siap tersebut digoreng tanpa minyak dan dipipihkan di atas wajan. Hanya membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 menit, hingga mengering atau berubah warna kecoklatan atau dalam bahasa Jawa menjadi intip.
Untuk menjaga warisan nenek moyang sejak zaman dahulu tersebut, penjual intip ketan pun sengaja berjualan ketika mendekati Ramadan.
Mayoritas mereka adalah generasi turun temurun. Seperti Elvina yang merupakan generasi keempat, dia mengaku jualan intip ketan untuk menjaga warisan kuliner khas Kudus.
“Jualan di sini ketika momen ini saja. Ini ya dari nenek sudah generasi keempat, iya memang turun temurun,” kata penjual intip ketan, Elvina.
Menggelar lapak sederhana dalam perayaan tradisi sambut Ramadan sejak sore, dalam sehari Elvina bisa menghabiskan sekitar 10 kilogram beras ketan. Gurihnya intip ketan gurih dan nagih selalu dinanti masyarakat Kudus dan sekitarnya.
Mutia Hamdani, salah satu pembeli asal Pati mengaku sejak dahulu ketika berkunjung ke rumah neneknya di Kudus memang sengaja menyempatkan singgah untuk membeli intip ketan tersebut.
“Ini memang makanan legendaris, rasanya enak gurih ada manis-manisnya. Karena ini jarang ada,” ujar Mutia.
Selain itu, intip ketan merupakan salah satu makanan berbuka puasa favorit Sunan Kudus atau Syekh Ja’far Shadiq saat melakukan syiar Islam di tanah Jawa.
Hingga kini, makanan tersebut masih dipertahankan sampai sekarang saat Ramadan dan menjadi salah satu sajian saat prosesi tradisi di Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.
__
BeritaSatu